Semarang – Sebuah tragedi menyayat hati terjadi di sebuah kamar kos di kawasan Lempongsari, Semarang. Seorang mahasiswi program pendidikan dokter spesialis di Universitas Diponegoro (Undip) ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya pada Senin (12/8) malam.
Kisah pilu ini bermula dari panggilan telepon yang tak terjawab. Seorang pemuda yang merupakan kekasih korban mencoba menghubungi mahasiswi berusia 30 tahun itu pada Senin pagi. Namun, panggilan demi panggilan hanya direspon dengan nada dering ponsel yang terus berulang.
"Pagi jam tujuh atau jam delapan itu pacarnya telepon, ditelepon nggak diangkat-angkat padahal berdering," ujar Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono.
Merasa curiga, sang pemuda menghubungi teman-temannya untuk mendatangi tempat tinggal korban di kawasan Tembalang. Namun, mereka tak menemukan korban di sana.
"Nah minta tolong temannya itu, temannya itu kok dicek tutupan mungkin dikos-kosan Tembalang sana, dicek ke Tembalang sana kosong," tambah Agus.
Mereka kemudian kembali ke kosan lain di Lempongsari, tempat korban juga biasa menginap. Di sana, mereka bertemu ibu kos yang mencoba membuka pintu menggunakan kunci cadangan. Namun, pintu terkunci dari dalam.
Akhirnya, tukang kunci dipanggil ke indekos. Saat pintu berhasil dibuka, pemandangan yang menyayat hati menyambut mereka.
"Dicek sama ibu kosnya mau dibuka pakai kunci serep nggak bisa karena dikunci dari dalam, akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," ungkap Agus.
Dugaan Bunuh Diri dan Obat Penenang
Polisi menduga mahasiswi Undip tersebut meninggal dunia akibat bunuh diri. Obat penenang ditemukan di lokasi kejadian.
"Obat untuk pelemas otot. Saya nggak bisa ngomong, yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus. Sudah mendatangkan dokter forensik dari (RSUP) Kariadi memang dia meninggal karena obat itu, mungkin bahasanya overdosis," jelas Agus.
Curhat di Buku Harian: Beban Kuliah dan Perundungan?
Mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi Undip ini diperkirakan sudah setahun menempati kamar kos di Lempongsari. Di kamar yang sunyi itu, ditemukan juga sebuah buku harian yang menggambarkan pergulatan batin sang mahasiswi.
Dalam buku hariannya, korban mencurahkan rasa tertekan akibat beratnya beban kuliah serta kesulitan menghadapi senior-seniornya. Dia bahkan menyampaikan keinginan untuk berhenti studi kepada ibunya.
"Dia mungkin kan sudah komunikasi sama ibunya karena lihat buku hariannya itu kan kelihatannya merasa berat dalam arti itu pelajarannya berat, dengan senior-seniornya itu berat," ungkap Agus.
Keluarga memilih membawa pulang jenazah korban tanpa dilakukan autopsi. Jenazah dimakamkan di Tegal.
Polisi Selidiki Dugaan Perundungan
Sementara itu, polisi kini mendalami dugaan adanya perundungan yang dialami korban. Pihaknya tengah menelusuri informasi tersebut.
"Terkait informasi perundungan dan sebagainya masih kita cek, karena yang bersangkutan infonya sakit dan yang bersangkutan kan ikut beasiswa. Makanya mending kita dalami dulu yang bersangkutan. Informasinya sudah nggak kuat lagi atau bagaimana, kita cek dulu benar apa nggaknya," tutur Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena.
Jabarpos.id akan terus memantau perkembangan kasus ini dan memberikan informasi terbaru kepada pembaca.