Bandung Barat – Terik matahari membakar sawah di Kampung Rancamanjah, Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Padi yang seharusnya menghijau kini menguning, pertanda kemarau yang melanda selama beberapa pekan terakhir telah mengeringkan sawah tadah hujan.
Ali, pemilik lahan sawah seluas 7.500 meter persegi, terpaksa memanen padi lebih awal. "Ya seperti ini kondisinya, kering. Kalau kemarau pasti harus dipanen lebih awal, kalau enggak ya gagal panen," ujar Ali saat ditemui Jabarpos.id, Selasa (13/8/2024).
Padahal, padi milik Ali seharusnya bisa dipanen beberapa pekan lagi, saat bulirnya benar-benar berisi dan kualitasnya bagus. Namun, kekeringan memaksa Ali untuk mengambil langkah cepat. "Cuma kalau enggak dipanen sekarang, selain nanti malah biaya membengkak, tanaman padinya habis dimakan burung. Jadi lebih baik dipanen saja," jelasnya.
Ali mengungkapkan, kemarau yang melanda membuat saluran irigasi yang mengairi sawahnya mengering. Padahal, air dari hulu sungai sebenarnya masih mengalir. "Jadi kondisi irigasinya itu memang tidak terawat, kalau sudah kemarau begini biasanya mampet sama sampah, terus ada yang longsor. Kalau diperbaiki kan harusnya sama pemerintah," keluh Ali.
Untuk menyiasati kekeringan, Ali menggunakan mesin penyedot air dari sumur kecil di tengah sawah. Namun, hal ini membutuhkan biaya tambahan untuk membeli bahan bakar. "Minimal 5 liter, ya sekitar Rp60 ribu. Itu untuk 2 hari sekali penyiraman, kalau semakin kering seperti ini ya bisa jadi sehari sekali, ongkosnya besar kalau enggak segera dipanen padinya," ungkapnya.
Hasil panen Ali biasanya untuk konsumsi pribadi. Namun, dengan kondisi kemarau seperti ini, hasil panennya diperkirakan akan berkurang hingga 50%. "Belum lagi kalau kondisi kemarau seperti ini, bisa panen 50 persen dari luas lahan sudah beruntung. Sekarang saya juga cuma bisa tanam padi setahun sekali, kalau zaman saya masih muda itu bisa setahun 3 kali," ujar Ali.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) KBB mencatat sekitar 5.508 hektare sawah di Bandung Barat terancam kekeringan. "Lokasinya ada di 49 desa di enam kecamatan, mulai dari Sindangkerta, Saguling, Cipongkor, Cipatat, Cihampelas, dan Batujajar," kata Kepala DKPP Bandung Barat, Lukmanul Hakim.
Lukmanul mengatakan, solusi yang bisa dilakukan untuk menghindari kerugian dialami para petani adalah mengganti tanaman menjadi palawija yang tidak membutuhkan banyak air. "Petani tetap harus produktif. Kita coba cari solusi dengan mengganti jenis tanaman yang tidak butuh pasokan air banyak. Jadi pertanian tetap berjalan," tutup Lukmanul.