Jakarta | Jabar Pos – Kelompok kedua WNI yang akan dievakuasi dari Suriah telah tiba kembali di Indonesia minggu ini, sementara Kementerian Luar Negeri terus mengumpulkan data orang lain yang ingin dipulangkan di tengah kondisi yang tidak pasti di negara Timur Tengah setelah jatuhnya kepemimpinan Bashar al-Assad secara tiba-tiba.
Tiga puluh orang Indonesia, sebagian besar perempuan, dievakuasi pada hari Jumat (13/12) melalui darat dari ibu kota Suriah Damaskus ke ibu kota Lebanon Beirut, sebelum menaiki penerbangan komersial menuju Jakarta. Kelompok itu tiba pada Minggu (15/12) malam di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, dari mana mereka melanjutkan perjalanan mereka untuk kembali ke kampung halaman mereka di Jawa dan Sulawesi, serta di Aceh dan Nusa Tenggara Barat.
Minggu lalu, 35 orang Indonesia tiba di Soekarno-Hatta dalam kelompok pertama warga yang dipulangkan dari negara yang dilanda perang.
Sebanyak 1.162 orang Indonesia tinggal di Suriah, sebagian besar pekerja migran di Damaskus, ketika pasukan pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut ibu kota sembilan hari yang lalu.
Jakarta sejak itu telah memberlakukan status siaga darurat tertinggi di negara Timur Tengah yang berbatasan dengan Lebanon dan Israel di barat.
Pemerintah mengevakuasi warganya dari zona konflik hanya atas dasar konsensus, dan banyak orang Indonesia menolak pemulangan, biasanya karena mereka menikah dengan penduduk negara keberangkatan.
“Sekitar 83 orang Indonesia lainnya telah mengindikasikan keinginan mereka untuk dievakuasi. Kami akan terus mengumpulkan data dari mereka yang bersedia untuk kembali ke rumah,” Judha Nugraha, direktur perlindungan warga negara di Kementerian Luar Negeri, mengatakan pada konferensi pers pada hari Senin (16/12).
Jakarta sekali lagi menyarankan kehati-hatian bagi warganya di Suriah, mendesak mereka untuk membatasi pergerakan yang tidak perlu, menghindari kerumunan dan menjaga komunikasi dengan Kedutaan Besar Indonesia di Damaskus.
“Kementerian dan kedutaan terus memantau situasi di Suriah, yang sejauh ini tetap dinamis, termasuk setelah invasi Israel ke Suriah,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (15/12).
Militer Israel meluncurkan operasi di Suriah selatan pada hari yang sama pemerintah Assad jatuh ke pasukan pemberontak, mengutip tujuan untuk membangun zona pertahanan steril”, Reuters melaporkan pada 11 Desember. (die)