Jakarta | Jabar Pos – Mantan presiden Joko Widodo terlihat absen dari acara peringatan 60 tahun Partai Golkar pada Kamis (12/12) malam, karena spekulasi berlanjut tentang masa depan politiknya setelah pengalihan kekuasaan pada bulan Oktober, serta kepergiannya dari Partai Perjuangan Demokratik Indonesia (PDI-P).
Partai politik tertua di negara ini merayakan acara yang bertema ‘Solid Golkar for an Advanced Indonesia’, diadakan pada 12 Desember di Sentul Internasional Convention Center (SICC) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ketua Golkar Bahlil Lahadalia, yang juga merupakan menteri energi petahana, mengatakan pada hari Rabu (11/12) bahwa partai tersebut telah mengirimkan undangan kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, bersama dengan mantan presiden dan pemimpin partai lainnya, meskipun dia tidak dapat mengkonfirmasi Jokowi pada saat itu.
Sesaat sebelum perayaan dimulai pada hari berikutnya, politisi senior Golkar Ace Hasan Syadzily, yang juga merupakan gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, yang disebut Lemhannas RI, mengatakan kepada wartawan bahwa partai tersebut sebenarnya tidak pernah secara resmi mengundangnya Jokowi.
Sejak meninggalkan kantor pada 20 Oktober, Jokowi telah menghabiskan sebagian besar hari-harinya di kampung halamannya di Surakarta, Jawa Tengah.
Dia memiliki hubungan yang sangat tegang dengan PDI-P dan ibu pemimpin partai Megawati Sukarnoputri, presiden kelima negara itu. Perpecahan antara kedua pemimpin dimulai setelah Jokowi menolak untuk mendukung kandidat PDI-P Ganjar Pranowo dalam pemilihan presiden dan sebaliknya diam-diam mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Ketegangan antara mantan presiden dan partai baru tumbuh minggu lalu setelah Jokowi, dalam menanggapi pertanyaan wartawan, mengatakan dia masih memiliki kartu keanggotaan PDI-P-nya.
Pernyataan itu memicu kembali pertanyaan tentang statusnya dan Gibran di dalam partai dan mendorong tanggapan dari sekretaris jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, yang mengatakan baik Jokowi maupun Gibran bukan anggota partai. Kepala dewan etika PDI-P Komarudin Watubun menambahkan bahwa partai tersebut berencana untuk mengusir kedua politisi tersebut.
Analis mengatakan Jokowi membutuhkan kendaraan politik baru untuk melindungi warisannya serta masa depan politik keluarganya.
Laporan muncul awal tahun ini bahwa, Jokowi sedang bermanuver untuk menempatkan sekutu utama Bahlil sebagai ketua Golkar di kongres nasional partai pada bulan Agustus. Penunjukan akhirnya Bahlil sebagai ketua dianggap menciptakan pembukaan bagi pemasangan Jokowi sebagai kepala dewan penasihat Golkar, peran yang secara tradisional memegang pengaruh atas ketua partai.
Golkar, Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional semuanya mengatakan mereka terbuka terhadap gagasan menerima Jokowi sebagai anggota, tetapi mantan presiden tersebut belum membahas rencana semacam itu dengan mereka.
Pekan lalu, politisi Golkar Derek Loupatty menyebut Jokowi sebagai anggota kehormatan, sebutan informal yang sering diberikan kepada tokoh berpengaruh, termasuk Prabowo.
Namun, sekretaris jenderal Muhammad Sarmuji kemudian mengatakan bahwa partai tersebut belum membuat keputusan untuk memberikan status anggota kehormatan kepada Jokowi. (die)