Jabarpos.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor gemilang dengan membukukan penguatan selama 11 hari berturut-turut hingga Senin (21/7/2025). Namun, di balik euforia tersebut, sejumlah saham justru mengalami nasib tragis dan menjadi top losers selama periode yang sama.
Sebanyak 339 saham berhasil mencatatkan kenaikan, sementara 298 saham mengalami penurunan, dan 319 saham stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp 15,12 triliun dengan melibatkan 29,37 miliar saham dalam 1,89 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun ikut terkerek naik menjadi Rp 13.270 triliun.

Sektor teknologi dan properti menjadi bintang pada hari itu, masing-masing melonjak 7,74% dan 5,01%. Kenaikan sektor teknologi didorong oleh saham DCII (17,94%) dan WIRG (20,83%), sementara sektor properti ditopang oleh MINA yang naik 23,53%. Saham-saham konglomerat juga menjadi penggerak utama IHSG, dengan DCII milik Toto Sugiri memberikan kontribusi terbesar, yakni 47,35 indeks poin.
Menurut catatan jabarpos.id, penguatan IHSG selama 11 hari ini menjadi rekor terpanjang sejak era Reformasi. Sebelumnya, pernah terjadi penguatan selama 12 hari, namun terpotong oleh koreksi tipis 0,1% pada periode 30 Maret 1999 – 19 April 2025.
Salah satu faktor pendorong kenaikan IHSG adalah kehadiran sejumlah saham IPO baru yang langsung menarik perhatian pasar. IPO jumbo berhasil menyerap sebagian besar kapitalisasi transaksi harian, memberikan dorongan signifikan bagi penguatan indeks.
Namun, di tengah euforia IHSG, beberapa saham justru mengalami penurunan tajam. Mandala Multifinance (MFIN) menjadi saham dengan kinerja terburuk, anjlok 71,1% dalam periode 7-21 Juli 2025. Penurunan ini terjadi menjelang rencana merger perusahaan dengan Adira Dinamika Multi Finance (ADMF). Saham Cipta Selera Murni (CSMI) juga mengalami nasib serupa dengan penurunan 61,5%.
Selain MFIN dan CSMI, saham CLAY, FITT, dan FILM juga masuk dalam daftar top losers dengan penurunan masing-masing sebesar 36%, 33,7%, dan 22,5%.
Sementara itu, di jajaran saham LQ45, MAPA dan MAPI mencatatkan penurunan terdalam, masing-masing sebesar 10,3% dan 8,1%. Kemudian, SMGR, AMMN, dan CTRA juga mengalami penurunan sebesar 6,4%, 5,3%, dan 4,6%.





