Bandung – Tari Rengkak Ayakan, sebuah tarian yang menggambarkan keceriaan warga Kota Bogor dalam tradisi Ngubek Setu Gede, akan menjadi salah satu sajian menarik di West Java Festival 2024. Acara yang akan digelar di kawasan Gedung Sate, Kota Bandung pada 23-25 Agustus 2024 ini, akan dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni, termasuk Tari Rengkak Ayakan yang penuh makna dan kental dengan budaya lokal.
Ngubek Setu Gede, tradisi turun-temurun warga Kota Bogor, merupakan momen di mana mereka berbondong-bondong menuju Situ Gede, sebuah danau luas di kawasan Hutan Penelitian Dramaga (CIFOR), Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat. Di sini, mereka menangkap ikan dengan berbagai cara, mulai dari jaring, alat tradisional, hingga ayakan. Ayakan, yang terbuat dari bambu dengan jalinan renggang, menjadi alat yang efektif untuk menangkap ikan di danau tersebut.
Kemeriahan warga dalam tradisi yang diperkirakan telah ada sejak zaman kolonial Belanda ini, diabadikan dalam gerakan tari yang dinamakan Tari Kreasi Rengkak Ayakan. Tarian ini lahir pada tahun 2013, hasil kreasi Indi Febriyanti, seorang sarjana pendidikan tari. Indi melihat keceriaan masyarakat dalam Ngubek Setu Gede sebagai momen yang perlu diabadikan dalam bentuk gerakan tari.
Sanusi, Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Kebudayaan Disparbud Kota Bogor, menjelaskan bahwa Rengkak Ayakan merupakan tari yang memadukan berbagai jenis tari di Jawa Barat, kemudian dikembangkan menjadi kreasi baru. "Tari ini menggambarkan Situ Gede dalam rangka Ngubek Setu. Inspirasinya adalah keceriaan para mojang di wilayah Situ Gede," ungkap Uci, panggilan akrab Sanusi, kepada Jabarpos.id pada Selasa (20/8/2024).
Tari Kreasi Rengkak Ayakan dikembangkan oleh Indi Febriyanti melalui Sanggar Gandes Pamantes. Sanggar ini terus mengembangkan tari Rengkak Ayakan hingga dipentaskan di berbagai tempat. Kata "Rengkak" dalam nama tari ini berarti "Gerak", sementara "Ayakan" adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan di Situ Gede.
Tari Kreasi Rengkak Ayakan memiliki karakter ceria. Para penari bergerak lincah, dengan jumlah penari yang bervariasi, mulai dari lima hingga tujuh penari dalam satu kali pementasan, disesuaikan dengan tempat pentasnya. Khusus untuk West Java Festival 2024 di Gedung Sate, Kota Bandung, 15 penari telah dipersiapkan untuk menampilkan Tari Rengkak Ayakan.
Dalam keceriaan tari ini, penonton akan disuguhi gerakan penari yang gemulai dengan langkah-langkah panjang, menggambarkan warga Bogor yang melangkah jauh saat berburu ikan di Situ Gede. Para penari juga memainkan ayakan dengan gerakan variatif, dari bawah ke atas dan dari samping ke samping, menggambarkan situasi Ngubek Setu Gede.
Salah satu fragmen menarik dalam tari ini adalah saat para penari menggigit ayakan yang menutupi muka mereka. Dengan muka tertutup ayakan, mereka melanjutkan tarian dengan gerakan menggeleng ke kanan dan ke kiri, menambah daya tarik tarian. "Selain bagian dari gimik tarian, menggigit ayakan yang menghadap ke wajah itu dapat dibaca sebagai simbol kesejahteraan bagi warga di sekitar Situ Gede," tambah Sanusi.
Dari segi kostum, para penari mengenakan kebaya yang dimodifikasi dengan motif-motif kekinian dan kain samping setengah betis.
Sanggar Gandes Pamantes secara rutin membina para mojang di kawasan Situ Gede, Kota Bogor, untuk melestarikan tari Rengkak Ayakan. Peserta kegiatan tari di sanggar tersebut sebagian besar adalah warga lokal. "Dengan pembinaan yang rutin dilakukan, banyak anak-anak yang meneruskan sekolah ke jurusan pendidikan seni tari, seperti ke UPI Bandung dan ke UNJ," ungkap Sanusi.
Persiapan untuk West Java Festival 2024 dilakukan secara intensif di sanggar tersebut. "Pemantapan sudah lima hari, kemudian nanti ada gladi kotor. Tarian ini, memang ada misi kami juga untuk memperkenalkan wisata Situ Gede di Kota Bogor," pungkas Sanusi.