Jakarta | Jabar Pos – Indonesia akan mengarahkan doktrin kebijakan luar negerinya untuk mendukung prioritas nasional, kata Sugiono Menteri Luar Negeri.
Menteri Sugiono, membahas beberapa kekhawatiran yang masih ada dalam debutnya pada hari Sabtu (30/11).
Sugiono memuji transisi kekuasaan yang halus dan damai dari mantan presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto.
Ia juga menegaskan kembali fokus negara pada swasembada pangan dan energi serta investasinya dalam pendidikan bagi kaum muda.
“Sebuah negara hanya dihormati jika negara itu kuat dan rakyatnya makmur,” kata Sugiono dalam pidato utamanya di Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) 2024.
Prabowo telah membuat janji yang ambisius untuk mengurangi kemiskinan melalui program makanan bergizi gratisnya. Guna menyeimbangkan kembali upaya dalam transisi energi, di tengah sedikitnya pendanaan serta untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia bagi generasi mendatang sebagai fokus utama pemerintahannya.
Presiden Prabowo mengatakan kepada kabinetnya dalam pertemuan pleno pertama mereka pada Rabu (23/10) bahwa ada sedikit gunanya bagi Indonesia untuk diakui sebagai negara anggota Kelompok 20 (G20), sebuah klub ekonomi terbesar di dunia.
Sugiono menegaskan kembali banyak poin yang sama pada konferensi tersebut, serta kepatuhan Indonesia terhadap kebijakan luar negerinya yang “independen dan aktif”, non-blok dalam kerja sama internasional dan komitmen untuk menjadi tetangga yang baik serta teman bagi semua orang di Indo-Pasifik.
“Arah kebijakan baru kami tentu saja akan mendukung program nasional, seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo,” kata Sugiono.
Dalam beberapa minggu setelah pelantikannya, Presiden Prabowo mengirimkan pesan niat yang kuat kepada masyarakat internasional dengan memulai perjalanan luar negeri pertamanya ke enam negara di empat benua dan berhenti di Timur Tengah.
Sementara Presiden Prabowo dan Menlu Sugiono, sering ditampilkan bersamaan dalam pertemuan tingkat tinggi.
Sugiono juga mengakui banyak harapan yang ditempatkan di pundak Indonesia.
Ketua FPCI, Dino Patti Djalal menawarkan kepada menteri beberapa saran tentang betapa pentingnya menjaga kebijakan luar negeri Indonesia tetap membumikan.
“Kebijakan luar negeri yang dipahami dan didukung oleh rakyat akan berjalan jauh,” kata Dino dalam sambutan pembukaannya.
“Kebijakan luar negeri Indonesia biasanya akan mengalami masalah ketika didorong oleh kesombongan politik, kita harus memeriksa ego kita di pintu.” ujar Dino.
Sugiono berbicara dengan banyak poin yang disampaikan kepadanya.
Dia berbicara tentang menciptakan keselarasan dengan negara lain tanpa mengorbankan kedaulatan negara.
Dan bergabung dengan pengelompokan multilateral seperti BRICS dan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) adalah untuk melayani kepentingan nasional kita. (die)