Jabarpos.id – PT Bank Mandiri Tbk (Persero) akhirnya buka suara mengenai alasan di balik keterlambatan penerbitan laporan keuangan semester I-2025. Penjelasan ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar bersama Komisi VI DPR pada Kamis (21/8/2025).
Direktur Utama Bank Mandiri, Riduan, mengungkapkan bahwa penundaan ini terkait erat dengan rencana perseroan untuk menerbitkan obligasi pada kuartal IV-2025. "Kami mohon maaf karena laporan keuangan yang kami sampaikan hari ini adalah posisi Mei 2025, bukan Juni 2025. Hal ini dikarenakan kami sedang dalam proses penawaran umum berkelanjutan untuk penerbitan obligasi yang akan dilaksanakan pada Triwulan IV 2025," jelas Riduan.

Lebih lanjut, Riduan menambahkan bahwa laporan keuangan periode Juni 2025 saat ini tengah menjalani proses audit oleh kantor akuntan publik. Laporan keuangan yang telah diaudit ini nantinya akan menjadi dasar bagi penerbitan obligasi tersebut.
Sebagai informasi tambahan, pada bulan Maret lalu, Bank Mandiri berhasil menghimpun dana sebesar US$800 juta melalui penerbitan Global Bond. Surat utang ini merupakan bagian dari Program Euro Medium Term Note Bank Mandiri senilai total US$4 miliar dan diterbitkan dengan format Regulation S. Langkah ini menandai kembalinya Bank Mandiri ke pasar surat utang internasional sejak tahun 2023.
Penerbitan Global Bond tersebut mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) hingga 3,5 kali lipat dari jumlah yang diterbitkan. Surat utang dengan tenor 3 tahun ini diterbitkan dengan kupon 4,90% dan tercatat di Singapore Exchange. Dana yang diperoleh dari penerbitan surat utang ini akan dialokasikan untuk mendukung pengembangan bisnis perseroan.
Eka Fitria, Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri, menambahkan bahwa transaksi ini merupakan penerbitan surat utang dalam mata uang dolar AS dengan nilai terbesar yang pernah dilakukan oleh bank di Indonesia. Selain itu, surat utang ini diterbitkan dengan spread paling tipis sepanjang sejarah penerbitan Global Bond Bank Mandiri, yaitu US Treasury (UST) 3 Tahun + 113 bps.