Depok | Jabar Pos – Kejadian tragis menimpa seorang tahanan berinisial RAJS (26), yang ditemukan meninggal dunia dengan sejumlah luka tusuk dan lebam di tubuhnya di dalam Rumah Tahanan (Rutan) Kelas 1 Depok, Jawa Barat.
Kematian RAJS yang penuh tanda tanya ini memicu pertanyaan besar dari keluarga korban, yang merasa ada kejanggalan dalam peristiwa ini.
Menurut keterangan dari orang tua korban, Adi, kepada Jabar Pos, peristiwa ini bermula ketika keluarga korban menerima kabar bahwa RAJS akan dipindahkan dari Polda Metro Jaya ke Kejaksaan Negeri Depok pada Kamis lalu.
Saat di Kejaksaan, keluarga sempat bertemu dengan RAJS yang saat itu dalam kondisi sehat tanpa tanda-tanda luka atau cedera. Setelah proses di Kejaksaan selesai, RAJS kemudian dilimpahkan ke Rutan Depok Cilodong.
Namun, beberapa saat setelah tiba di Rutan, keluarga mendapatkan kabar mengejutkan bahwa RAJS tidak sadarkan diri. Keluarga pun segera menuju ke Rutan untuk mengetahui kondisi RAJS lebih lanjut, tetapi dihadapkan pada ketidakjelasan karena tidak diperkenankan bertemu dengan korban.
“Kan aneh ya, kami tidak bisa menemui anak kami, padahal kami di kabarkan bahwa anak kami dalam keadaan tidak sadarkan diri dan juga sesak nafas” ungkap Adi dengan penuh kekecewaan, Sabtu (31/08/2024)
Keluarga kemudian diberitahu bahwa RAJS telah dibawa ke Rumah Sakit Primaya. Sesampainya di rumah sakit, mereka kembali dihadapkan pada ketidakpastian dan hanya diminta menunggu di rumah dengan janji akan dikabari lebih lanjut. Kabar duka akhirnya datang; RAJS dinyatakan meninggal dunia. Jenazah yang telah dikafani kemudian dipulangkan ke rumah keluarga.
Ketika jenazah tiba di rumah, keluarga yang merasa curiga akhirnya memutuskan untuk membuka kain kafan. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati jenazah RAJS penuh dengan luka tusuk dan lebam dari kepala hingga kaki. Keluarga pun menduga kuat bahwa RAJS telah menjadi korban penganiayaan di dalam Rutan.
Keluarga RAJS merasa ada yang disembunyikan oleh pihak Rutan dan menyayangkan sikap pihak Rutan yang terkesan menutup-nutupi kejadian sebenarnya.
“Tidak mungkin pihak Rutan tidak mengetahui kondisi jenazah,” ujar Adi menahan emosi.
“Dan kami sangat kecewa, ternyata pihak Rutan telah memberikan keterangan palsu kepada kami,” tambahnya.
Adi juga mengungkapkan bahwa pihaknya di ajak berdamai oleh pihak Rutan, namun ia menolaknya.
“Kami di tawarkan secara kekeluargaan oleh pihak Rutan, seperti biaya pemakaman, tahlilan akan di fasilitasi dan juga akan di berikan santunan, ya kami tidak mau. Kami ingin menuntut keadilan atas meninggalnya anak kami ini yang kondisinya mengenaskan,” tegas Adi.
Langkah hukum telah diambil dengan melaporkan kejadian ini ke Polsek dan Polres Depok, dengan harapan kebenaran dapat terungkap dan pelaku penganiayaan, jika terbukti, dihukum sesuai hukum yang berlaku.
“Kami sudah melaporkan kejadian ini ke Polsek Sukmajaya dan Polres Depok,” ucap Adi.
Hingga berita ini di tayangkan belum ada tanggapan dari Pihak Rutan. (Ed)