Jabarpos.id – Direktur Utama Temasek, perusahaan investasi raksasa asal Singapura, baru-baru ini menyampaikan kekhawatiran serius terkait potensi pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini memicu spekulasi tentang masa depan investasi global dan dampaknya bagi pasar modal.
Dilhan Pillay, dalam forum di Singapura, mengungkapkan bahwa Temasek telah meningkatkan lindung nilai dolar mereka tahun ini sebagai respons terhadap tren pelemahan mata uang tersebut. Namun, biaya lindung nilai yang semakin mahal memaksa Temasek untuk mencari alternatif "lindung nilai alami".

"Beberapa aset berdenominasi dolar AS tidak akan memberikan imbal hasil bersih yang membenarkan alokasi modal kami di sana," tegas Pillay, seperti dikutip jabarpos.id dari Financial Times, Kamis (20/11/2025).
Pernyataan Pillay ini mengindikasikan bahwa Temasek mungkin akan mengurangi eksposur mereka terhadap aset-aset AS jika dolar terus melemah. Hal ini tentu menjadi perhatian serius mengingat Temasek memiliki portofolio investasi yang signifikan di perusahaan-perusahaan AS seperti Amazon, BlackRock, Mastercard, Nvidia, dan Visa.
Menurut laporan tahunan terbaru Temasek, 24% portofolio mereka terpapar ke Amerika, naik dari 18% pada tahun 2020. Sementara itu, 37% portofolio mereka terekspos ke dolar AS, naik dari 31% lima tahun lalu.
"Pelemahan dolar AS bagi investor non-dolar AS merupakan masalah besar," kata Pillay. "Dan itu, saya pikir, akan berdampak pada pasar modal."
Volatilitas dolar AS telah mendorong investor global untuk melakukan lindung nilai terhadap eksposur mereka, yang pada gilirannya meningkatkan biaya lindung nilai. Beberapa analis bahkan berpendapat bahwa peningkatan aktivitas lindung nilai ini telah memicu aksi jual dolar.
Meskipun demikian, banyak investor asing tetap mempertahankan eksposur mereka terhadap saham-saham kecerdasan buatan (AI), meskipun ada kekhawatiran tentang valuasi perusahaan-perusahaan di sektor ini. Pillay sendiri mengakui adanya risiko "gelembung valuasi" di pasar publik.
Pernyataan bos Temasek ini menjadi sinyal penting bagi para pelaku pasar global. Pelemahan dolar AS dapat memicu perubahan signifikan dalam alokasi modal dan berdampak pada kinerja pasar modal secara keseluruhan.





