Jabarpos.id – Pemerintah Jepang tengah mempersiapkan sistem baru untuk mengatasi lonjakan wisatawan yang membanjiri Negeri Sakura. Sistem ini dijadwalkan mulai diterapkan pada Januari 2025 mendatang.
Dilansir dari Japan Today, sistem ini dirancang untuk mempercepat proses imigrasi dengan memindahkan sebagian besar pemeriksaan ke tahap pra-keberangkatan. Hal ini diharapkan dapat memangkas waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk menyelesaikan prosedur masuk saat tiba di Jepang.
Lonjakan wisatawan ke Jepang memang sedang terjadi. Data menunjukkan bahwa sekitar 17,8 juta orang berkunjung ke Jepang pada paruh pertama tahun ini. Bulan Juni bahkan menandai bulan keempat berturut-turut dengan jumlah pengunjung bulanan melebihi 3 juta orang. Pengeluaran wisatawan asing untuk kuartal April-Juni pun mencapai rekor 13,4 miliar USD.
Uji coba sistem baru ini akan dimulai dengan wisatawan asal Taiwan. Pelemahan nilai yen menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan jumlah wisatawan ke Jepang. Hal ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Jepang yang sedang rapuh. Mata uang yen mencapai titik terendah dalam 38 tahun terhadap dolar pada awal bulan ini, karena perbedaan suku bunga antara Jepang dan Amerika Serikat terus menekan nilai yen.
Perdana Menteri Fumio Kishida memprediksi bahwa pengeluaran pengunjung asing akan mencapai 8 triliun yen pada tahun 2024. Meskipun pelemahan yen menarik wisatawan dan pembeli ke Jepang, hal ini juga memicu inflasi terkuat dalam beberapa dekade. Akibatnya, belanja warga lokal mengalami penurunan.
Di sisi lain, peningkatan jumlah wisatawan juga menimbulkan reaksi negatif dari beberapa penduduk setempat. Mereka merasa terganggu dengan membludaknya pengunjung. Contohnya terjadi di Kyoto dan Fujikawaguchiko. Dewan distrik lokal Kyoto telah melarang pengunjung memasuki jalan-jalan sempit di distrik Gion, sementara pemerintah daerah di Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi, memasang penghalang untuk mencegah wisatawan mengambil foto di toko serba ada dengan latar belakang Gunung Fuji.
Sistem baru ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi lonjakan wisatawan dan menjaga keseimbangan antara pariwisata dan kehidupan masyarakat lokal di Jepang.