Jakarta | Jabar Pos – Makan malam Joko Widodo baru-baru ini dengan Presiden Prabowo Subianto, menunjukkan bahwa mantan presiden tersebut berusaha untuk mengamankan perlindungan politik setelah mantan partainya yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), menutup pintu untuk rekonsiliasi dengannya.
Dari kampung halamannya di Surakarta di Jawa Tengah, Jokowi terbang ke Jakarta pada hari Jumat (6/12) untuk mengunjungi Prabowo di kediamannya di Kertanegara, di mana ketua Partai Gerindra sering mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin partai politik.
Berbicara kepada media setelah makan malam, Prabowo, mengatakan dia mengundang Jokowi untuk makan malam setelah mengetahui bahwa Jokowi tengah berada di Jakarta.
Jokowi mengatakan pertemuan itu merupakan isyarat timbal balik setelah Prabowo mengunjunginya di Surakarta pada awal November.
Pertemuan hari Sabtu (7/12) antara Jokowi dan Prabowo lebih dari sekedar makan malam biasa dan kunjungan timbal balik.
Terlepas dari pengkhianatan yang dirasakan, PDI-P telah menghindari mengusir Jokowi dan Gibran untuk menghindari konfrontasi terbuka dengan keluarga.
Tetapi keretakan antara Jokow dan PDI-P tampaknya semakin dalam setelah pemilihan kepala daerah 27 November, di mana kandidat PDI-P mengalami kekalahan di beberapa medan pertempuran penting, termasuk di Jawa Tengah, hingga kandidat pada tiket partai pro-Prabowo yang didukung oleh Jokowi.
“Jokowi membutuhkan perisai politik yang kuat untuk melindungi warisan dan anggota keluarganya jika PDI-P mengejar mereka,” analis Nicky Fahrizal dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengatakan pada hari Sabtu (7/12).
“Kurangnya keanggotaan partai politik mana pun setelah meninggalkan kantor telah membuat Jokowi lebih rentan,” kata Nicky.
Nicky juga menambahkan bahwa mantan presiden sekarang mungkin membutuhkan dukungan lebih dari satu partai politik untuk melindunginya dari potensi serangan dari PDI-P.
Ketegangan antara Jokowi dan PDI-P tampaknya telah berkobar setelah Jokowi mengatakan kepada wartawan awal pekan lalu bahwa dia masih memiliki kartu keanggotaan PDI-P-nya.
Sebagai tanggapan, beberapa anggota senior PDI-P telah mengecam Jokowi karena tidak tahu malu.
Sekretaris Jenderal Hasto mengatakan pada konferensi pers pekan lalu bahwa Jokowi dan Gibran tidak lagi memiliki afiliasi de facto dengan partai tersebut. Kemudian, Komarudin Watubun yang mengepalai dewan etika partai, mengatakan bahwa partai tersebut berencana untuk secara resmi mengusir mereka.
Perpecahan antara PDI-P dan Jokowi telah memicu spekulasi tentang langkah selanjutnya dalam politik, termasuk apakah Jokowi akan bergabung dengan partai politik lain dan apakah Prabowo akan mendukungnya.
Analis Agung Baskoro dari Trias Politika Strategis mengatakan pertemuan Jokowi dengan Prabowo mungkin juga dimaksudkan untuk mencari restu Prabowo, tentang rencananya ke depan setelah berpisah dengan PDI-P. Apakah itu bergabung dengan partai politik yang mapan, membangun yang baru atau tetap menjadi pemain independen dalam politik.
“Jokowi mungkin ingin terus memberi tahu Prabowo tentang rencana politiknya di masa depan untuk mencegah Presiden melakukan kesalahpahaman,” kata Agung, mencatat bahwa keputusan Jokowi akan bergantung pada dukungan Prabowo.
Beberapa partai koalisi Prabowo, termasuk Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN), telah menyatakan keterbukaan mereka terhadap gagasan Jokowi menjadi bagian dari mereka. Namun mereka juga mengatakan bahwa Jokowi belum membahas rencana politiknya dengan mereka. (die)