Jakarta | Jabar Pos – Indonesia akan mengembalikan kereta angkutan cepat (ART), kereta tersebut buatan Tiongkok. Setelah gagal beroperasi selama uji coba pada bulan September dan Oktober lalu di ibu kota Nusantara.
ART ini persilangan antara kereta api, trem, dan bus. ART merupakan sistem transportasi umum cerdas yang menggunakan sensor dan roda karet yang dapat beroperasi dengan atau tanpa rel.
Sistem transportasi ini diproduksi oleh produsen milik negara China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC).
Tonny Agus Setiono, selaku direktur pengembangan ekosistem digital Otoritas IKN, mengatakan otoritas tersebut masih mendiskusikan rencana untuk mengembalikan unit kereta ART ke Tiongkok dengan Kementerian Transportasi.
“Pengembalian akan dilakukan tahun ini. Namun, itu tergantung pada Kementerian Transportasi apakah akan melanjutkan proyek ini atau tidak,” kata Tonny pada Minggu (10/11).
Otoritas IKN melakukan uji coba kereta ART dari 12 September hingga 22 Oktober di Distrik Pemerintah Pusat Nusantara (KIPP). Disepanjang rute yang melewati kantor menteri koordinator satu hingga empat, Kebangsaan Timur dan Kebangsaan Barat.
Sementara itu, Mohammed Ali Berawi, wakil dari transformasi hijau dan digital Otoritas IKN mengatakan, tim penilaian menemukan bahwa mode otonom tidak bekerja seperti yang diharapkan karena intervensi manual dari pengemudi masih diperlukan disituasi darurat.
Ia juga mencatat bahwa pengemudi masih perlu menjaga tangan mereka di setir dan siap untuk beralih dari kontrol otomatis ke kontrol manual.
Selain itu, tidak ada rencana kecepatan atau pengereman untuk rute tertentu atau kontrol rute yang dapat diprogram.
Sistem pengereman otonom juga gagal menunjukkan kemampuan untuk mengerem secara otomatis, memperlambat atau mengeluarkan peringatan ketika sesuatu atau benda melintas di depan kereta.
“Ini menunjukkan bahwa pihak pengembang tidak cukup percaya diri dengan keandalan sistem kontrol otonomnya,” ujar Ali.
Menanggapi terkait rencana pengembalian unit ART, Kementerian Transportasi mengatakan pemerintah tidak akan menderita kerugian apa pun jika proyek dihentikan karena pihak vendor ART menanggung biaya uji coba.
Juru bicara kementerian, Budi Rahardjo mengatakan bahwa kantornya tidak memiliki masalah jika hasil evaluasi dari Otoritas IKN menunjukkan bahwa kereta otonom tidak memenuhi standar yang diperlukan.
“Jika ART ditemukan tidak memenuhi standar evaluasi yang ditetapkan oleh Otoritas IKN, itu bukan masalah karena negara tidak akan kehilangan apa pun,” kata Budi pada Rabu (13/11).
Direktur kereta api, Risal Wasal mengatakan pada hari Kamis (14/11), bahwa sistem kereta tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Otoritas IKN dan hasil bukti konsep menunjukkan bahwa sistem otonom tidak berfungsi dengan baik.
Pada saat itu proyek pengadaan tiga unit ART ini bernilai Rp 210 miliar (US$ 13,2 juta). (die)