Jakarta | Jabar Pos – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak pemerintah untuk mengatur penggunaan media sosial bagi anak-anak, mengikuti contoh negara tetangga seperti Australia.
“Mengenai pembatasan media sosial karena dampaknya, dan karena negara-negara tetangga kita telah menetapkan batasan, seperti Australia, yang batas usianya adalah 16 tahun, MUI mengharapkan pemerintah untuk segera mengeluarkan peraturan, apakah mereka mengikuti model yang sama dengan Australia atau tidak,” kata Kepala Divisi Informasi dan Komunikasi MUI Masduki Baidlowi pada hari Kamis (19/12).
Senat Australia mengesahkan undang-undang pada bulan November yang melarang siapa pun yang berusia di bawah 16 tahun menggunakan platform populer seperti TikTok, Instagram, Snapchat, Facebook, Reddit, dan X.
Masduki mengklarifikasi bahwa sementara MUI belum memutuskan usia tertentu untuk pembatasan media sosial, ia percaya pemerintah harus melakukan penjangkauan lebih lanjut untuk mengatasi kesenjangan dalam literasi komunikasi digital di berbagai komunitas. Kumpulan keterampilan ini harus dikembangkan tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di daerah pedesaan.
“Selain itu, terkait dengan budaya digital, kita harus berusaha untuk membuat ciri-ciri budaya Indonesia yang baik juga menonjol dalam komunikasi digital kita,” katanya.
Anggota DPR Puti Guntur Soekarno, juga menyebutkan bahwa pemerintah dan pihak terkait lainnya harus melakukan studi mendalam sebelum menerapkan larangan media sosial untuk anak-anak.
“Jika kita ingin mengikuti model Australia, itu tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa, itu harus dipelajari secara menyeluruh,” kata Puti di Jakarta pada 5 Desember.
Puti, seorang politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), mengakui bahwa setiap kebijakan memiliki kelebihan dan tantangan, termasuk pembatasan media sosial atau pembatasan penggunaan gadget anak-anak.
“Perlu untuk mengatur bagaimana gadget digunakan oleh anak-anak untuk memastikan mereka tidak tertinggal dalam hal teknologi dan informasi, sambil juga memastikan mereka tidak terlalu sering menggunakannya,” katanya. (die)