Jakarta | Jabar Pos – Perjalanan luar negeri pertama Prabowo Subianto sebagai presiden, telah berhasil menjadikannya sebagai pemain aktif di panggung global.
Prabowo pada hari Minggu (24/11) mengakhiri perjalanan perdananya ke enam negara; Cina, Amerika Serikat, Peru, Brasil, Inggris dan Uni Emirat Arab. Dimana dia mengamankan komitmen investasi senilai potensi US$18 miliar.
Perjalanan ini juga termasuk dengan penampilan Prabowo di KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dan Kelompok Dua Puluh (G20).
Perjalanan itu terjadi di tengah geopolitik yang semakin kompleks.
Para analis mencatat bahwa perjalanan Prabowo, meskipun menghasilkan beberapa keributan diplomatik setelah pernyataan sebelumnya dengan Beijing.
Di sela-sela G20 di Brasil, Prabowo bersulang dengan Emmanuel Macron Presiden Prancis, setelah itu delegasi dari kedua negara ini membahas rencana Indonesia untuk membeli jet tempur Rafale dan usaha patungan antara Grup Angkatan Laut Prancis dan pembuat kapal Indonesia PT PAL untuk memproduksi kapal selam.
Di Inggris, Prabowo mengamankan sekitar $8,5 miliar dalam komitmen investasi dari beberapa perusahaan Inggris.
“Prabowo memainkan peran kebijakan luar negeri yang sangat aktif. Dia telah memulai perjalanan ini,” pakar hubungan internasional, Dewi Fortuna Anwar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan pada hari Senin (25/11).
Pada hari Sabtu (23/11) kandidat wakil presiden dalam pemilihan Februari, Mahfud MD, mengatakan, “Kami mungkin memiliki beberapa ketidaksepakatan atas keputusan Prabowo, tetapi satu hal yang pasti adalah bahwa penampilan internasionalnya telah membangun kepercayaan diri negara,” tulis Mahfud di akun resmi X-nya.
Dewi dari BRIN, menyoroti penyebutan Prabowo tentang pengelompokan 10 negara Asia Tenggara selama perjalanannya.
Pernyataannya dengan China juga telah mempertanyakan komitmen Indonesia terhadap ASEAN, terutama dengan Prabowo yang dianggap kurang tertarik untuk terlibat dengan kelompok tersebut.
Oleh karena itu, Dewi menyarankan agar Prabowo memulai tur ke negara-negara Asia Tenggara sebagai tindak lanjut untuk menghindari memberi kesan bahwa ASEAN sedang dikesampingkan. (die)