Jabarpos.id – Harga minyak dunia kembali melonjak tajam, mencatatkan kenaikan harian terbesar dalam enam pekan terakhir. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia serta antisipasi pasar menjelang pertemuan OPEC+ menjadi pendorong utama kenaikan harga.
Mengacu data Refinitiv, harga minyak Brent kontrak Oktober 2025 naik tipis ke US$72,54 per barel. Brent telah naik hampir 6% dalam tiga hari terakhir. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak September 2025 berada di US$69,16 per barel, mendekati level tertinggi dalam sebulan terakhir.

Kenaikan harga minyak dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam sanksi tambahan terhadap Rusia jika tidak ada gencatan senjata dengan Ukraina dalam 10 hari. Trump menyebut sanksi bisa berupa "tarif dan sebagainya" tanpa mengkhawatirkan dampak pada pasar minyak global.
Pernyataan Trump memicu kekhawatiran pasar bahwa sanksi tambahan akan memperketat pasokan global, terutama jika AS menyasar negara pembeli minyak Rusia. Pasar juga mempertanyakan keseriusan Trump dalam melaksanakan ancaman ini.
Faktor lain adalah tenggat waktu kesepakatan dagang yang ditetapkan AS, serta pertemuan penting OPEC+ awal Agustus. Pasar akan mencermati keputusan organisasi terkait kuota produksi untuk bulan September, dengan ekspektasi pemangkasan produksi lanjutan untuk menjaga harga stabil.
Dengan harga minyak mendekati level tertinggi Juli, investor dan pelaku pasar bersiap menghadapi potensi volatilitas tinggi dalam beberapa hari ke depan, terutama jika tensi politik AS-Rusia dan arah kebijakan OPEC+ memanas.





