jabarpos.id – Pengumuman dari Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengenai potensi perubahan perhitungan free float saham di Indonesia mengguncang pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung merespons dengan penurunan tajam, memicu kekhawatiran akan arus modal asing yang keluar.
MSCI, lembaga yang dikenal memiliki pengaruh besar dalam dunia investasi saham, sedang mempertimbangkan penggunaan data kepemilikan efek bulanan dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai acuan tambahan untuk menghitung jumlah saham yang beredar bebas (free float) di pasar modal Indonesia. Rencana ini berpotensi mengubah komposisi indeks MSCI Indonesia dan berdampak signifikan pada pergerakan saham-saham besar.

Menurut rencana, MSCI akan memilih nilai free float terendah antara data KSEI dan laporan emiten. Keputusan final akan diumumkan paling lambat 30 Januari 2026, dan implementasi metode baru ini dijadwalkan pada Mei 2026.
Perubahan ini dapat memicu penurunan nilai free float bagi banyak perusahaan Indonesia, mengingat tingginya kepemilikan saham oleh korporasi atau kelompok tertentu. Akibatnya, bobot saham Indonesia dalam indeks MSCI bisa menyusut, memicu capital outflow atau arus keluar modal asing.
Beberapa saham yang dinilai paling berisiko dikeluarkan dari indeks MSCI antara lain PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Pada perdagangan Senin (27/10/2025), IHSG sempat anjlok lebih dari 3,5% di sesi pertama. Tekanan jual terutama datang dari saham-saham milik konglomerat, seperti emiten Sinar Mas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA), dan saham-saham Prajogo Pangestu, termasuk BREN dan BRPT.
MSCI dan FTSE (Financial Times Stock Exchange) adalah dua lembaga global yang rebalancing-nya selalu dinanti pelaku pasar. Indeks yang mereka keluarkan, seperti MSCI Emerging Markets atau MSCI Indonesia, menjadi acuan bagi investor global dalam mengalokasikan dana ke negara berkembang. Perubahan dalam indeks ini dapat memicu pergerakan dana besar, baik masuk maupun keluar dari pasar saham suatu negara.





