Jabarpos.id – Investor kawakan Warren Buffett dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana, meskipun memiliki kekayaan yang fantastis. Ternyata, ada beberapa kebiasaan yang menurutnya bisa menjauhkan seseorang dari kekayaan. Apa saja?
Buffett meyakini bahwa banyak orang gagal membangun kekayaan karena seringkali menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang kurang penting. Ia menyebutkan ada tujuh pos pengeluaran yang jika tidak dikelola dengan baik, justru bisa menjerat seseorang dalam kemiskinan.

"Banyak orang gagal bukan hanya karena minuman keras, tapi juga karena leverage atau utang. Anda tidak butuh pinjaman untuk bisa sukses. Kalau pintar, Anda bisa menghasilkan banyak uang tanpa berutang," ujar Buffett, dikutip jabarpos.id dari New Trader U.
Berikut adalah tujuh kebiasaan yang menurut Warren Buffett bisa menghambat seseorang untuk menjadi kaya:
- Terlilit Utang Berbunga Tinggi: Buffett menganggap utang kartu kredit atau pinjaman dengan bunga tinggi sebagai jebakan finansial yang bisa menggerus peluang untuk menabung dan berinvestasi.
- Gandrung Barang Mewah: Alih-alih mengejar merek, Buffett menekankan pentingnya melihat nilai dari suatu barang. Baginya, nilai jauh lebih penting daripada sekadar harga.
- Obsesi Mobil Baru: Buffett lebih memilih membeli mobil bekas yang sudah direstorasi daripada mobil baru yang nilainya cepat merosot.
- Hobi Makan di Restoran Mahal: Buffett lebih suka sarapan sederhana di McDonald’s. Ia bahkan pernah menggunakan kupon saat makan bersama Bill Gates.
- Kecanduan Lotere dan Judi: Buffett menyebut lotere sebagai "pajak bagi orang yang tidak bisa berhitung" dan menilai perjudian sebagai bentuk pengeluaran yang sia-sia.
- Keranjingan Gadget Trendi: Buffett skeptis terhadap kebiasaan membeli teknologi terbaru tanpa kebutuhan yang jelas.
- Tergiur Skema Cepat Kaya: Buffett percaya bahwa tidak ada jalan pintas untuk menjadi kaya. Investasi yang sukses membutuhkan waktu, disiplin, dan kesabaran.
Dengan prinsip hidup sederhana dan investasi jangka panjang, Buffett membuktikan bahwa kekayaan tidak dibangun dari gaya hidup konsumtif, melainkan dari kebiasaan finansial yang cermat dan berkelanjutan.