close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

28 C
Jakarta
Sabtu, September 27, 2025

Rupiah Rp200 Triliun Jadi Amunisi Ekonomi, Menkeu: Bank Harus Gerak!

spot_img

jabarpos.id, Jakarta – Pemerintah terus berupaya memacu laju perekonomian nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menempatkan dana sebesar Rp200 triliun dari rekening Bank Indonesia (BI) ke lima bank BUMN yang tergabung dalam Himbara.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengibaratkan dana tersebut sebagai bahan bakar yang akan memacu perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit. Dengan likuiditas yang melimpah, bank akan termotivasi mencari cara untuk mengoptimalkan dana tersebut agar menghasilkan keuntungan. Pemerintah mengenakan bunga sekitar 4% atas dana yang ditempatkan, sehingga bank harus berupaya keras agar dana tersebut produktif.

Baca juga:  Efek Purbaya Mengguncang Bursa, Saham Rokok Terbang Tinggi Tak Terbendung!
Rupiah Rp200 Triliun Jadi Amunisi Ekonomi, Menkeu: Bank Harus Gerak!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

"Saya paksa sistem bekerja dengan saya kasih bahan bakar yang kalau mereka enggak pakai, mereka harus bayar ke saya. Jadi ini sebetulnya prinsip dasar dari monetary policy," ujar Purbaya di Jakarta, Selasa (16/9/2025).

Purbaya mengakui bahwa kebijakan ini berpotensi memicu inflasi dalam jangka panjang. Namun, ia meyakini bahwa inflasi yang mungkin terjadi akan disebabkan oleh tingginya permintaan (demand pull inflation), bukan karena tingginya biaya produksi (cost push inflation) seperti yang terjadi selama ini.

Baca juga:  GOTO Berhasil Pangkas Rugi, Sinyal Positifkah?

Lebih lanjut, Purbaya menegaskan bahwa tekanan inflasi tidak akan terjadi sebelum pertumbuhan ekonomi Indonesia melampaui angka 5%. Ia memperkirakan inflasi baru akan muncul ketika pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 6,5%-6,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).

"Ini kan kita kemarin lesu ekonominya, dengan adanya itu pasti akan diserap sistem dan belum akan menimbulkan inflasi sampai mungkin beberapa tahun ke depan, sampai pertumbuhan ekonomi kita di atas 6,5-6,7%. Yang saya sebut adalah demand pull inflation. Artinya inflasi karena permintaan yang terlalu banyak," jelas Purbaya.

spot_img

Berita Terpopuler

Risiko Menyedihkan Jika Tak Bayar Pinjol!

Sumber informasi dari jabarpos.id menyebutkan bahwa pinjaman online (pinjol) memang memudahkan akses keuangan, namun risiko gagal bayar (galbay) perlu dipahami masyarakat. Kegagalan...

Mengerikan!!! Tahanan Narkoba Dibunuh di Rumah Tahanan Kelas 1 Depok

Depok | Jabar Pos - Kejadian tragis menimpa seorang tahanan berinisial RAJS (26), yang ditemukan meninggal dunia dengan sejumlah luka tusuk dan lebam di...

Prabowo Berikan Pesan Untuk Cabup Cawabup Bogor Rudy Susmanto-Jaro Ade

Bogor | Jabar Pos - Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, menyampaikan pesan untuk Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil...

Akhirnya Muncul, Kaesang Pangarep Hanya Senyum Saat Ditanya Soal Jet Pribadi

Jakarta | Jabar Pos - Setelah ramai jadi perbincangan publik terkait fasilitas jet pribadi, sehingga banyak pihak mempertanyakan keberadaan dirinya, Kaesang Pangarep, Ketua Umum...

Xiaomi Tinggalkan TV Murah? Fokus Bangun Ekosistem Pintar!

Xiaomi, perusahaan teknologi asal Tiongkok yang dikenal dengan produk-produk terjangkau, dikabarkan akan meninggalkan strategi TV murah. Kabar ini mengejutkan banyak orang, mengingat Xiaomi selama...

Apple dan Nvidia Ingin "Berteman" dengan ChatGPT, Nilai Perusahaan Tembus Rp1.500 Triliun!

Perusahaan pengembang ChatGPT, OpenAI, sedang dalam pembicaraan serius untuk mendapatkan dana segar yang fantastis. Kabarnya, nilai perusahaan ini bakal melesat hingga lebih dari US$100...
Berita terbaru
Berita Terkait