Jakarta | Jabar Pos – Beberapa hari sebelum Natal, para pengecer telah menyatakan harapan untuk penjualan yang solid selama musim perayaan akhir tahun.
Budihardjo Iduansjah, ketua Asosiasi Ritel dan Penyewa Indonesia (Hippindo), mengatakan pada hari Kamis (19/12) bahwa terlepas dari kekhawatiran yang meluas tentang pengeluaran konsumen yang lebih lemah, penjualan tetap stabil dan diperkirakan akan melihat kenaikan musiman yang kuat saat tahun ini hampir berakhir.
“Kami pikir pengeluaran yang lebih lemah ini tidak akan mengurangi penjualan. Mereka tidak naik terlalu banyak dibandingkan dengan tahun lalu, tetapi ada peningkatan dari bulan-bulan sebelumnya,” jelas Budihardjo, mencatat bahwa periode Natal dan Tahun Baru cenderung mendorong penjualan pada bulan Desember rata-rata 20 persen.
Dia menambahkan bahwa bisnis di segmen makanan dan minuman (F&B), mode, salon, teater, dan lainnya mendapatkan keuntungan terutama dari efek akhir tahun, didorong oleh bonus dan tunjangan yang diterima oleh sebagian besar pekerja, tetapi tahun ini juga dengan lebih banyak sirkulasi uang setelah pemilihan regional yang diadakan pada bulan November.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa ini telah meningkatkan daya beli orang, membantu bisnis untuk bangkit kembali dari kinerja yang lamban selama berbulan-bulan.
Mendekati akhir tahun, indeks kepercayaan konsumen naik menjadi 125,9 poin pada bulan November dari 121,1 pada bulan sebelumnya, menurut survei bulanan terbaru Bank Indonesia (BI), yang diterbitkan pada 10 Desember.
Angka itu juga naik dari 123,6 yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu dan menandai pembacaan tertinggi sejak April, yang merupakan musim pengeluaran puncak lainnya tahun ini karena Idul Fitri jatuh di bulan itu.
Penjualan ritel juga meningkat pada bulan November, menurut data awal yang diterbitkan oleh BI awal bulan ini yang menunjukkan peningkatan indeks penjualan ritel menjadi 211,5 dari 210,6 pada bulan Oktober.
Menteri Koordinator Ekonomi Airlangga Hartanto, mengklaim selama peluncuran Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 6 Desember bahwa orang Indonesia semakin gemar berbelanja.
Untuk menggarisbawahi poin itu, dia berargumen bahwa data kuartal ketiga dari perusahaan riset pasar NielsenIQ menunjukkan bahwa daya beli masih cukup kuat berdasarkan penjualan barang-barang konsumen yang bergerak cepat, serta barang-barang terkait teknologi, termasuk gadget, elektronik, dan kredit telepon.
“Ada peningkatan dalam pengeluaran seperti itu, yang berarti bahwa secara keseluruhan, dari tahun ke tahun, tahun ini akan relatif positif, tumbuh sebesar 4,3 persen,” kata Airlangga.
Sementara itu, Alphonzus Widjaja, ketua Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI), memperingatkan pandangan yang hati-hati untuk industri ritel tahun depan.
Dia mengatakan pada hari Jumat (20/12) bahwa kinerja industri pada tahun 2025 kemungkinan akan di bawah tekanan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.
Selain itu, dia menyoroti beberapa tantangan potensial yang harus diantisipasi oleh industri tahun depan, termasuk kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 menjadi 12 persen, depresiasi rupiah dan ketegangan geopolitik.
Dia masih berharap untuk melihat penjualan yang tinggi selama musim puncak, seperti Idul Fitri, liburan sekolah, serta Natal dan Tahun Baru. (die)