JABARPOS.ID – PT Timah Tbk (TINS) akhirnya buka suara terkait penyebab produksi timah yang belum sesuai harapan hingga kuartal III-2025. Penjelasan ini disampaikan langsung oleh Direktur Keuangan & Manajemen Risiko TINS, Fina Eliani.
Menurut Fina, produksi timah perusahaan mengalami penurunan 20% secara tahunan (year on year/yoy), menjadi 12.157 metrik ton hingga kuartal III-2025. Penurunan juga terjadi pada logam timah, yakni sebesar 25% yoy menjadi 10.855 metrik ton, serta penjualan logam timah yang turun 30% yoy menjadi 9.469 metrik ton.

Padahal, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), PT Timah menargetkan volume produksi sebesar 21.500 metrik ton dengan perolehan laba Rp1,1 triliun. Fina mengakui bahwa hingga September, pencapaian laba baru sekitar Rp600 miliar. Meskipun demikian, perusahaan tetap optimis target laba di akhir tahun 2025 dapat tercapai.
Fina menjelaskan bahwa kendala penjualan menjadi salah satu penyebab belum optimalnya kinerja perusahaan. PT Timah berencana untuk menggabungkan penjualan yang tertunda dengan penjualan di kuartal IV-2025. Selain itu, upaya pembukaan lokasi tambang yang tertunda, terutama di laut, akan terus diupayakan di kuartal IV-2025, dan jika belum selesai akan dijadikan program di tahun 2026.
Sekretaris Perusahaan PT Timah, Rendi Kurniawan, menambahkan bahwa belum rampungnya rencana pembukaan lokasi tambang baru di laut, seperti Laut Rias hingga Laut Beriga, menjadi penyebab utama tidak tercapainya target produksi. Padahal, wilayah tersebut direncanakan menjadi salah satu wilayah produksi utama di tahun 2025.
Selain itu, keterlambatan perpanjangan izin usaha pertambangan (IUP) yang sebagian besar jatuh tempo di tahun 2025, baru selesai di bulan Juni, juga berdampak pada penerbitan RKAP Revisi dan volume produksi.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah maraknya penambangan ilegal di wilayah IUP PT Timah, yang masih menjadi tantangan besar bagi perusahaan.





