Bandung | Jabar Pos – Pemerintah mengharapkan, makanan bergizi gratisnya (MBG) berguna untuk meningkatkan permintaan susu serta mendorong peternak sapi perah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas.
“Saya optimis, nantinya program MBG akan memberikan momentum untuk menghidupkan kembali koperasi susu. Mari bekerja sama untuk meningkatkan produktivitas, sehingga permintaan domestik dapat dipenuhi tanpa bergantung pada impor,” kata Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi saat berkunjung ke produsen susu di Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/11).
Dia menjelaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk membeli susu di pasar domestik terutama dari koperasi, tetapi ia juga menekankan mereka perlu untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
Sekretaris Asosiasi Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Unang Sudarma, mengatakan para petani menghadapi beberapa tantangan dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas produk mereka.
Menurut Unang, masalah utamanya ialah menjaga kesegaran kualitas susu tersebut, dengan membutuhkan tempat penyimpanan dingin.
Infrastruktur rantai dingin yang ada di daerah pedesaan Indonesia kurang berkembang, tentunya ini menimbulkan tantangan bagi produksi dan perdagangan pertanian.
Unang juga mengatakan, kurangnya sapi perah di negara ini, yang secara signifikan akan berdampak pada tingkat produksi susu.
Sonny Effendhi, selaku direktur eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS), mengatakan kepada pada hari Selasa (19/11) bahwa AIPS mendukung program MBG.
Karena dapat meningkatkan nutrisi di negara ini sambil meningkatkan permintaan susu, yang pada akhirnya akan menguntungkan peternak sapi perah, produsen dan pemasok susu.
Dia menyarankan beberapa langkah untuk meningkatkan kualitas susu, termasuk dengan melatih petani.
Nantinya akan menerapkan praktik pertanian yang baik, menyediakan ember pemerahan yang higienis, unit pendingin dan alat pengujian kualitas.
Ia menawarkan pinjaman bebas bunga sebagai modal kerja dan memasok sapi yang dibiakkan untuk meningkatkan populasi ternak dan pendapatan petani.
PT Nawasena Satya Perkasa (NSP), pada minggu lalu secara terbuka pihaknya membuang berton-ton susu guna melakukan protes publik terhadap pembahasan industri.
“Kami sangat mendukung program MBG, terutama jika memprioritaskan koperasi susu daripada perusahaan,” kata direktur NSP Bayu Aji Handayanto pada hari Selasa (12/11).
Bayu mendesak pemerintah untuk mengeluarkan aturan guna mengekang impor sehingga dapat melindungi produsen domestik.
“Indonesia harus berjuang untuk swasembada dengan memberdayakan peternak sapi perah di desa-desa di seluruh negeri,” katanya.
Bayu mengatakan, produksi susu koperasinya telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh karena itu nantinya ia akan menyediakan pasokan susu yang memadai untuk program MBG.
Rochadi Tawaf, seorang ahli industri ternak dari Universitas Padjadjaran, mengatakan bahwa sebagian besar susu yang diproduksi secara lokal memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh industri pengolahan susu.
Selama kunjungannya ke Bandung, Menteri Koperasi Budi Arie juga menyoroti kekurangan pasokan lokal untuk program MBG, nantinya butuh menyediakan susu bagi para penerima sekitar 15 juta.
Menurut data GKSI, produksi susu segar harian rata-rata 1,23 juta liter per hari dan itu jauh dari yang dibutuhkan untuk program MBG sekitar 3 juta liter. (die)