Jakarta | Jabar Pos – Calon gubernur DKI Jakarta, masih kekurangan strategi bagaimana cara mengurangi penumpukan limbah di ibu kota, kata Forum Indonesia untuk Lingkungan Hidup (Walhi).
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Limbah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIPSN), Penumpukan limbah yang dihasilkan oleh suatu area dalam periode tertentu memiliki akumulasi limbah mencapai 3,14 juta ton pada tahun 2023.
Volume limbah di Jakarta sebelumnya meningkat dari 2 juta ton pada tahun 2019 menjadi 3,05 ton pada tahun 2020. Selama pandemi COVID-19, untuk sementara menurun menjadi 2,35 juta ton pada tahun 2021, dan hanya melonjak menjadi 3,11 juta ton pada tahun 2022.
“Kami membutuhkan pendekatan yang dapat mengurangi penumpukan limbah,” ujar Koordinator kampanye Walhi Jakarta, Muhammad Aminullah, pada konferensi pers hari Kamis (14/11).
Aminullah mencatat, bahwa dari tiga pasangan kandidat yang bersaing dalam pemilihan Jakarta tahun ini, hanya Ridwan Kamil-Suswono yang telah memasukkan strategi pengelolaan limbah.
“Produser malah ditawari insentif,” Muhammad berkata.
Insentif ini juga nantinya bisa menjadi beban keuangan baru bagi Jakarta karena didanai oleh anggaran kota, yang secara tidak langsung akan menempatkan beban pada penduduk.
Pasangan kandidat Nomor 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto, telah mengusulkan teknologi pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Namun, mereka belum mengklarifikasi bagaimana strategi ini akan bekerja secara teknis.
“Ketika kita menghadapi masalah penumpukan limbah yang terus meningkat, daur ulang saja tidak cukup,” kata Aminullah
Sementara itu, pasangan kandidat Nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno, telah menyoroti pengembangan pembangkit listrik limbah ke energi (PLTSa). Selain mengurangi penumpukan limbah, mereka mempromosikan PLTSa sebagai sumber listrik alternatif bagi masyarakat.
Aminullah juga mencatat bahwa para kandidat tidak memiliki strategi yang konkret untuk mengatasi masalah air.
Berdasarkan visi dan misi yang dinyatakan para kandidat, Walhi mengamati bahwa proposal mereka tidak termasuk upaya untuk memulihkan kualitas air.
“Tidak banyak yang bisa dibahas di sini, karena tidak ada kandidat yang memasukkan strategi konkret untuk mengatasi masalah air, meskipun mereka mengklaim bahwa mereka akan mengelola air secara mandiri,” kata Aminullah. (die)