Bandung – Rumah bersejarah yang dikenal sebagai "Rumah Milea" di Kota Bandung kini tak lagi menjadi pusat perhatian para pengunjung. Bangunan Cagar Budaya Golongan B yang berdiri sejak tahun 1917 itu sempat populer setelah digunakan sebagai lokasi syuting film "Dilan 1990" pada tahun 2018. Namun, kini pemilik rumah, Tin, memasang spanduk besar di depan rumahnya yang bertuliskan "DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI!".
"Awalnya saya sih tidak masalah kalau ada yang berfoto di sini. Tapi lama-lama warga sekitar terganggu, semakin ramai yang datang. Mereka menghalangi jalan, banyak mobil, dan bahkan ada yang berjualan di sini padahal tidak boleh," ungkap Tin kepada Jabarpos.id, Senin (5/8/2024).
Tin mengaku merasa tersanjung dengan banyaknya orang yang menyukai rumah peninggalan orang tuanya. Namun, kunjungan demi kunjungan itu ternyata membawa dampak negatif. Beberapa kali Tin harus memperbaiki pagar rumahnya karena pengunjung tidak hanya berfoto, tetapi juga parkir sembarangan, membuang sampah, dan bahkan sampai naik dan menduduki pagar.
"Padahal yang datang ke sini mungkin orang-orang terpelajar, anak-anak muda, banyak yang datang dari luar pulau. Tapi sayangnya mereka tidak hanya mengganggu, tapi juga suka naik dan duduk di pagar, sehingga pagarnya turun dan susah dibuka. Saya sudah beberapa kali harus memperbaikinya," cerita Tin.
"Saya tidak ingin marah atau melarang, takut dikira sok atau ada yang tidak terima. Saya hanya ingin ketenangan saja, jadi kami di dalam saja lah, banyak kerjaan," sambungnya.
Tin dan adiknya, Penny, berharap para pengunjung dapat mengindahkan himbauan tersebut. Mereka ingin situasi lebih kondusif dan tetangga sekitar dapat kembali tinggal dengan nyaman di rumahnya masing-masing.
Rumah peninggalan orang tua Tin memang sudah menjadi perhatian banyak orang sejak dulu. Selain warga sekitar, banyak sineas film yang tertarik menggunakan rumah tersebut sebagai lokasi syuting. Tin mengingat beberapa judul film yang pernah menggunakan rumahnya, seperti "Sweet 20", "Garuda 23", dan masih banyak lagi.
Tin pun mempersilakan Jabarpos.id untuk masuk ke dalam kediamannya. Namun, demi menghormati privasi pemilik rumah, kami memutuskan untuk tidak mengabadikan satu pun bagian dalam rumah ini.
Tin menunjukkan bagian rumahnya yang kerap dipakai syuting, yaitu ruang tamu yang berukuran cukup luas. Lantainya menggunakan tegel berwarna gelap, ciri khas rumah jaman dulu. Tin juga menunjukkan beberapa bagian interior yang kerap rusak setelah dipakai syuting.
Di bagian belakang, terdapat taman sekaligus ruang makan dan ruang santai. Taman belakang miliknya dirawat dengan cukup baik, tetapi sayangnya tidak lagi secantik sebelum Tin mempersilakan para sutradara untuk meminjam rumahnya.
"Dulu itu ada banyak sekali anggrek di taman belakang, bagus-bagus, saya yang ngerawatnya. Sekarang sudah pada habis, rusak karena sering digeser-geser lah, dan lainnya. Rusak semua, saya ya mau marah juga gimana," ucapnya sambil menunjukkan letak anggrek-anggreknya dulu.
Sampai saat ini, permintaan untuk syuting di rumahnya masih banyak. Namun, di usia yang sudah tidak muda lagi, Tin dan Penny memutuskan ingin menempati rumah tersebut dengan tenang. Mereka tidak ingin lagi ada kunjungan, keramaian, apalagi rumahnya dirombak menjadi tempat syuting.
"Banyak lah rumah ini sudah sering dipakai syuting. Sampai sekarang yang nawarin juga banyak banget. Saya pikir sudah lah nggak usah lagi. Daripada mengganggu. Saya udah capek. Soalnya kalau dipakai syuting itu juga kita harus beres-beres, belum lagi barang-barang saya yang kecil-kecil banyak yang hilang," cerita Tin.
Kini, Tin dan Penny menikmati masa tua sambil menjaga kualitas rumahnya tetap apik, mengingat rumah peninggalan orang tuanya itu adalah cagar budaya. Rumah itu tidak boleh dirombak sembarangan.
Tin berharap, para pengunjung bisa mengindahkan himbauan tersebut. Ia juga berharap supaya situasi lebih kondusif dan tetangga sekitar dapat kembali tinggal dengan nyaman di rumahnya masing-masing.