Bandung – Sebuah rumah tua di daerah Malabar, Lengkong, Kota Bandung, yang dikenal sebagai "Rumah Milea", kembali menjadi perbincangan di media sosial. Rumah yang pernah menjadi lokasi syuting film "Dilan 1990" ini kini memasang spanduk besar bertuliskan "DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI!".
Pantauan Jabarpos.id pada Senin (5/8/2024) siang, rumah dengan arsitektur khas kolonial itu tampak sepi. Spanduk kuning dengan huruf kapital berwarna hitam itu masih terpampang nyata. Pagar rumah terlihat sedang dipercantik kembali, begitu pula dengan temboknya yang dicat ulang.
Menurut salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, spanduk tersebut dipasang atas saran warga sekitar yang merasa kenyamanannya terganggu. "Sebetulnya bukan pemiliknya yang pasang tulisan itu. Tapi dari RT atas saran warga-warga sekitar. Warga setempat merasa keberatan karena semakin hari rumahnya semakin ramai dikunjungi, menghalangi jalanan, terus juga menutupi akses gerbang rumah warga," ungkap sumber tersebut.
Tin dan Penny, kakak beradik pemilik rumah cagar budaya tersebut, membenarkan bahwa rumah itu tidak boleh dipakai foto lagi. "Ya saya awalnya silakan saja kalau ada yang sering berfoto. Tapi lama-lama warga sekitar itu terganggu, jadi semakin ramai yang datang. Terus menghalangi jalan, banyak mobil, lama-lama juga jadi banyak yang jualan di sini padahal kan nggak boleh," ucap Tin kepada Jabarpos.id.
Keramaian pengunjung tidak hanya mengganggu warga sekitar, tetapi juga para penghuni rumah. Tin dan Penny, yang sudah tidak muda lagi, hanya ingin menikmati ketenangan saat beraktivitas maupun saat istirahat.
"Ya sebetulnya saya tidak terganggu. Tapi memang banyak anak muda yang suka lewat, teriak-teriak ‘Milea!! Milea!!’, terus juga kalau banyak yang jajan itu jadi bikin banyak sampah berserakan juga," cerita Tin. "Saya juga heran lho, kok setiap hari rasanya malah tambah ramai. Padahal syutingnya kan sudah lama ya? Sekitar tahun 2018 lalu nggak lama dipakai syuting lagi. Tapi kok masih saja ada yang berdatangan dan foto," sambungnya.
Tin dan Penny mengaku heran dengan antusiasme pengunjung terhadap rumah mereka. Mereka merasa rumah mereka tidak istimewa dibandingkan rumah cagar budaya lainnya di Kota Bandung. "Banyak rumah cagar budaya lainnya yang lebih bagus dan adem di Kota Bandung," ujar Tin.
Mereka juga menceritakan bahwa seringkali harus memperbaiki pagar rumah mereka yang rusak akibat pengunjung yang naik dan menduduki pagar. "Padahal yang datang ke sini mungkin orang-orang terpelajar, anak-anak muda, banyak yang ke sini juga datang jauh-jauh dari luar pulau terus mampir foto. Tapi ya sayangnya bukan cuma mengganggu, tapi juga pagar itu suka dinaikin, didudukin, jadinya pagarnya turun terus seret nggak bisa dibuka. Saya beberapa kali harus perbaiki," cerita Tin.
"Ya saya tidak bisa marah atau melarang, nanti saya takut dikira sok atau ada yang tidak terima. Saya sebetulnya cuma ingin ketenangan saja, ya sudah kami di dalam saja lah banyak kerjaan," sambungnya.
Kini, Tin dan Penny hanya berharap para pengunjung mengindahkan himbauan tersebut. Mereka berharap situasi lebih kondusif dan tetangga sekitar dapat kembali tinggal dengan nyaman di rumahnya masing-masing.