jabarpos.id – Raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Intel, tengah menghadapi tantangan berat di industri chip, terutama setelah kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI). Perusahaan ini dinilai tertinggal dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang menjadi pemasok chip bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, bahkan Intel sendiri.
Namun, Intel mulai melakukan pembenahan, termasuk restrukturisasi kepemimpinan di awal tahun ini. Kabar terbaru menyebutkan bahwa pemerintah AS telah mengambil 10% saham di perusahaan pembuat chip tersebut. Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengungkapkan pada Jumat (22/8) bahwa langkah ini merupakan upaya pemerintah untuk mengamankan perusahaan-perusahaan AS.

Saham Intel langsung merespons positif dengan kenaikan sekitar 6% selama perdagangan Jumat. Pemerintah AS berinvestasi sebesar US$8,9 miliar (Rp144 triliun) dalam saham biasa Intel, membeli 433,3 juta lembar saham dengan harga US$20,47 per lembar.
Intel mencatat bahwa harga yang dibayarkan pemerintah merupakan diskon dari harga pasar saat ini. Dana pemerintah berasal dari hibah berdasarkan Undang-Undang CHIPS yang telah diberikan tetapi belum dibayarkan, serta hibah pemerintah terpisah dalam program pembuatan chip yang aman.
"AS tidak membayar apa pun untuk saham ini, dan saham tersebut sekarang bernilai sekitar US$11 miliar dolar AS," tulis Trump di Truth Social. Ia menambahkan bahwa ini adalah kesepakatan yang luar biasa bagi AS dan Intel.
Pemerintah juga akan memiliki surat perintah untuk membeli tambahan 5% saham Intel jika perusahaan tersebut tidak lagi menjadi pemilik mayoritas bisnis pengecorannya. Meskipun demikian, pemerintah AS tidak akan memiliki kursi dewan direksi atau hak tata kelola lainnya.
CEO Intel, Lip-Bu Tan, menyatakan bahwa Intel sangat berkomitmen untuk memastikan teknologi tercanggih di dunia adalah buatan AS. Langkah ini menandai pergeseran dalam kebijakan industri AS, di mana pemerintah mengambil peran aktif di sektor swasta.
Lutnick menjelaskan bahwa pemerintah AS mengupayakan kepemilikan saham di Intel sebagai imbalan atas dana Undang-Undang CHIPS. "Kita harus mendapatkan kepemilikan saham untuk uang kita," katanya.