Jakarta | Jabar Pos – Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan, bahwa Indonesia tidak hanya harus mengejar swasembada dalam beras, ia juga menginginkan hal yang sama untuk setiap bahan pangan lainnya di masa depan.
Berbicara kepada jajaran kabinet lengkapnya dalam pertemuan rapat pleno pada hari Senin (2/12) Prabowo mengklaim, bahwa industri makanan negara ini telah membaik dan dia berharap itu akan terus menjadi lebih kuat ke depan.
“Kita tidak hanya harus bebas dari impor beras, tetapi kita juga bebas dari semua impor komoditas makanan,” kata Prabowo di Istana Negara.
Selain beras, Indonesia menjadi sangat bergantung pada impor beberapa komoditas, terutama gula, bawang putih, kedelai, dan gandum. Ini meskipun negara sebelumnya mandiri dalam tiga tahun pertama hingga akhir 1990-an.
Dalam sambutannya, Prabowo menggarisbawahi pentingnya ketahanan pangan karena posisi global negara itu rentan terhadap perubahan geopolitik.
“Masalah geopolitik mempengaruhi makanan. Ketika ketegangan atau krisis muncul, negara-negara pengekspor makanan biasanya menghentikan ekspor mereka,” kata Presiden.
Topik keamanan pangan menjadi salah satu perhatian internasional yang disorot pada tahun 2022 dan 2023 setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Konflik tersebut mengganggu pengiriman gandum ke pasar internasional dan mengingat kedua negara tersebut termasuk di antara eksportir gandum terbesar di dunia, dampaknya adalah meroketnya harga komoditas tersebut.
Sementara itu, dunia menghadapi cuaca ekstrem yang mengganggu produksi komoditas makanan, terutama beras, makanan pokok bagi orang Indonesia.
India dan Vietnam, yang termasuk di antara eksportir beras terbesar di dunia, sebelumnya telah memutuskan untuk membatasi ekspor untuk mengamankan pasokan domestik.
“Fenomena ini [negara-negara yang menghentikan ekspor] telah terjadi beberapa kali,” kata Prabowo.
Harga beras global melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari 15 tahun, setelah keputusan India tahun lalu untuk melarang ekspor beras non-basmati.
Indonesia membeli sebanyak 3,5 juta ton beras dari luar negeri pada tahun 2023 karena penurunan produksi dan kebutuhan mendesak untuk menjinakkan harga domestik yang melonjak.
Negara ini berencana untuk mengimpor 3,6 juta ton beras lagi tahun ini, dengan lebih dari 80 persen dari jumlah yang telah masuk pada akhir Oktober.
Prabowo melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia bersikeras Indonesia tidak perlu mengimpor beras tahun depan.
Menteri Koordinator Pangan, Zulkifli Hasan mengatakan pada hari Selasa (26/11) pemerintah berharap produksi beras negara ini dapat mencapai 32 juta ton pada tahun 2025, angka itu akan menandai peningkatan 3 persen dari perkiraan 31 juta ton untuk tahun ini. (die)