JABARPOS.ID, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam pada perdagangan hari ini, ditutup merosot lebih dari 1% ke level 8.040,66. Senada dengan IHSG, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) juga mengalami pelemahan signifikan, menembus angka Rp16.735 per Dolar AS.
Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: faktor apa saja yang memicu gejolak di pasar modal dan mata uang Tanah Air? Analis pasar dari CNBC Indonesia Research, Susi Setiawati, mencoba mengurai benang merah penyebab ambruknya IHSG dan Rupiah dalam program Closing Bell CNBC Indonesia.

Menurut Susi, kombinasi sentimen internal dan eksternal menjadi katalis utama pelemahan tersebut. Dari sisi internal, kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional dan kinerja emiten menjadi pemberat. Sementara dari eksternal, isu global seperti kebijakan moneter negara maju dan tensi geopolitik turut memberikan tekanan pada pasar keuangan Indonesia.
Lebih lanjut, Susi menjelaskan bahwa investor cenderung melakukan aksi profit taking setelah IHSG mencatatkan reli yang cukup panjang dalam beberapa waktu terakhir. Aksi ini semakin memperparah tekanan jual di pasar.
"Investor perlu mencermati perkembangan data ekonomi dan kebijakan pemerintah ke depan. Selain itu, diversifikasi portofolio investasi juga penting untuk meminimalisir risiko," ujar Susi.
Lantas, bagaimana prospek IHSG dan Rupiah ke depan? Apakah tren penurunan ini akan berlanjut, atau justru menjadi momentum untuk rebound? Simak ulasan lengkapnya dalam program Closing Bell CNBC Indonesia.