Aceh | Jabar Pos – Komite Transisi Aceh (KPA) mengibarkan bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) selama upacara yang menarik ratusan peserta untuk memperingati ulang tahun ke-48 GAM di Lhokseumawe, Aceh, pada Rabu (4/12).
Sebuah video upacara, yang menjadi viral di media sosial menunjukkan para peserta berbaris rapi di lapangan bola voli saat tiga pria mengibarkan bendera, disertai dengan adzan.
Setelah pengibaran bendera, doa bersama diadakan untuk kawan-kawan yang gugur dan bantuan dibagikan kepada anak yatim di daerah Lhokseumawe. Acara berakhir dengan bendera diturunkan setelah beberapa pesan dan proses lainnya.
Dalam pidato yang emosional, mantan pejuang GAM Saifuddin Yunus mengungkapkan harapannya untuk masa depan perjuangan Aceh.
“Ketika kami mengibarkan bendera ini, kami menangis, air mata jatuh. Kapan bendera akan dikibarkan di Aceh, di semua sudut, di semua instansi pemerintah?” Saifuddin bertanya.
“Kami berharap ada arahan untuk semua instansi pemerintah ke kantor keuchik [desa], harus ada dua tiang bendera untuk mengibarkan bendera kami.” katanya.
Sementara itu, juru bicara KPA untuk wilayah Kuta Pasee, Halim Abee, mengatakan acara tersebut merupakan bagian dari tradisi peringatan tahunan GAM.
Halim berharap Presiden Prabowo Subianto dan gubernur Aceh yang baru terpilih, Muzakkir Manaf akan memenuhi semua perjanjian antara Indonesia dan GAM.
“Tentu saja, semua yang kami lakukan adalah bagian dari menjaga keragaman dalam kerangka kerja Republik Indonesia,” kata Halim.
KPA adalah organisasi untuk mantan pemberontak Aceh, di mana Muzakir adalah ketuanya. Muzakir sebelumnya telah melarang mengibarkan bendera GAM selama perayaan ulang tahun kelompok tersebut.
Kapolres Lhokseumaw Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto mengkonfirmasi bahwa pengibaran bendera hanya berlangsung di satu lokasi ini.
GAM didirikan pada tanggal 4 Desember 1976 oleh Hasan di Tiro, dan berjuang untuk kemerdekaan Aceh dari Indonesia sampai perjanjian damai dicapai pada tahun 2005 di Helsinki.
Hasan kemudian melarikan diri ke Swedia pada tahun 1979 dan mengambil kewarganegaraan Swedia untuk memimpin GAM dari luar negeri. Dia kembali ke Indonesia pada tahun 2010 dan mendapatkan kembali kewarganegaraan Indonesia tepat sebelum kematiannya. (die)