Tasikmalaya – Jawa Barat dikenal dengan beragam nama kampung dan wilayah yang unik. Sebagian besar nama-nama ini terinspirasi dari alam sekitar atau cerita rakyat setempat. Namun, di Kota Tasikmalaya, ada satu kampung yang namanya begitu unik hingga membuat banyak orang mengernyitkan dahi: Kampung Kontol Bangkong.
Nama ini, yang berarti "kelamin katak" dalam bahasa Sunda, memang terdengar tak lazim. Kampung ini terletak di Kelurahan Bantarsari, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Jabarpos.id berkesempatan mengunjungi kampung ini pada Rabu (10/7/2024) siang.
Saat bertanya kepada warga muda, mereka mengaku tidak tahu keberadaan kampung ini. Namun, warga yang lebih tua, khususnya yang berusia di atas 50 tahun, dengan santai menunjukkan jalan menuju kampung tersebut.
Ternyata, Kampung Kontol Bangkong memiliki nama resmi Kampung Lengo Kidul. "Ya memang nama kampung kami seperti itu, sudah sejak dulu," ujar Ade Hidayat (82), warga setempat.
Ade, yang lahir dan besar di kampung ini, menjelaskan bahwa nama Kontol Bangkong sudah dikenal sejak ia masih kecil. Nama ini bahkan melekat pada sebuah pesantren di wilayah tersebut. "Dulu, pesantren ini juga dikenal sebagai Pesantren Kontol Bangkong. Pesantren besar dan terkenal di zaman dulu. Banyak kiai dari berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Cirebon, dan Garut, berkumpul di sini. Pesantren ini dipimpin oleh almarhum Kiai Khudlori," kata Ade.
Namun, saat ini, pesantren tersebut memiliki nama resmi Pesantren Al Khudloriyyah. "Nama ini diambil dari nama Mama Kiai Khudlori, dan sekarang dilanjutkan oleh cucu-cucunya," jelas Ade.
Menurut Ade, nama "Kontol Bangkong" digunakan untuk membedakan wilayah di Kampung Lengo yang luas. "Kampung Lengo kan luas, jadi kalau ditanya Lengo mana, sebut saja Lengo Kontol Bangkong, pasti sampai ke sini. Coba saja naik ojek atau taksi online, sebutkan saja Kontol Bangkong, mereka sudah tahu," kata Ade.
Ade mengaku tak pernah canggung melafalkan nama kampungnya, baik di hadapan perempuan maupun anak-anak. "Ya memang namanya seperti itu, jadi nggak kagok, ya biasa saja," ungkapnya.
Mengenai asal-usul nama Kontol Bangkong, Ade menjelaskan bahwa di sebuah bukit dekat kampung terdapat batu besar yang menyerupai kelamin katak. "Di lihat saja sendiri itu bukitnya masih ada, yang jelas cerita orang tua dulu memang begitu. Nama Kontol Bangkong tidak terlepas dari keberadaan bukit itu," kata Ade.
Meskipun Ade sendiri mengaku tak tahu bagaimana rupa atau bentuk kelamin katak, namun di bukit tersebut terdapat patung katak yang dipasang di dekat batu besar. Di beberapa titik kampung, juga dipajang patung katak, termasuk di gapura kampung yang sudah ditata dengan baik.
Kawasan pinggiran sungai di Kampung Kontol Bangkong pernah tersentuh program penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas (PLPBK). Namun, di patung-patung katak tersebut tidak ditemukan tulisan Kampung Kontol Bangkong.
Sejumlah warga setempat membenarkan bahwa kampung tersebut bernama Kontol Bangkong. Namun, sebagian dari mereka mengaku canggung untuk melafalkan nama tersebut, terutama kepada orang luar atau orang yang belum mengenal kampung ini.
"Memang benar nama kampung ini dikenal Kontol Bangkong, tapi terkadang saya suka canggung, apalagi kepada anak-anak. Coba saja bayangkan ketika anak kita melafalkan kata itu, kan tidak enak didengarnya," ujar Jajat Sudrajat, warga setempat.
Jajat mengaku lebih senang menyebut kampungnya dengan nama Lengo Kidul, sehingga tidak canggung ketika berkomunikasi dengan orang luar. "Unik sih unik, tapi kan agak gimana gitu. Makanya kalau lawan bicara menyebut duluan, maka saya akan membenarkan," kata Jajat.
Kisah Kampung Kontol Bangkong ini menunjukkan bahwa di balik nama yang unik, tersimpan cerita dan sejarah yang menarik. Nama ini mungkin terdengar nyeleneh, namun bagi warga setempat, nama tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas dan sejarah kampung mereka.