Jakarta | Jabar Pos – Banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh cuaca ekstrem telah melanda berbagai wilayah di seluruh kepulauan dalam seminggu terakhir.
Setidaknya 12.000 orang yang tinggal di dekat garis pantai utara Jakarta terkena dampak banjir pasang surut, yang secara lokal dikenal sebagai rob, sejak Jumat (13/12), dengan air banjir mencapai kedalaman hingga 1 meter di beberapa daerah.
Banjir pasang melanda penduduk di Pademangan, Penjaringan, Clincing dan Tanjung Priok, semuanya di kotamadya Jakarta Utara.
Ratusan rumah di sekitar pelabuhan Muara Angke di Penjaringan telah mengalami banjir pesisir setiap pagi selama lebih dari seminggu.
Air laut meluap antara 25 dan 100 kedalaman sentimeter telah membanjiri area selama beberapa jam setiap hari, mengganggu lalu lintas dan layanan jalur komuter.
Pemerintah Jakarta Utara telah mengerahkan puluhan personel dan beberapa pompa air untuk mengurangi banjir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga telah melakukan upaya modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan antara 13 dan 67 persen.
Penjabat Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi mengatakan bahwa banjir pesisir di bagian utara kota disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cuaca ekstrem, naiknya permukaan laut yang diperkuat oleh fase bulan baru dan penurunan tanah.
“Menurut perkiraan BMKG, banjir pasang kemungkinan akan terus melanda Jakarta Utara hingga Jumat,” kata Teguh pada hari Kamis (19/12)
Dia menambahkan bahwa daerah yang terkena dampak banjir pasang baru-baru ini adalah daerah yang belum dilindungi oleh tanggul laut baru.
Pemerintah Jakarta dan pemerintah pusat telah membangun sekitar 22 kilometer tanggul laut di Jakarta Utara dalam beberapa tahun terakhir untuk mencegah banjir pesisir. Namun, Teguh mengatakan pihak berwenang masih perlu membangun sekitar 16 km tanggul laut tambahan untuk melindungi semua penduduk daerah pesisir dari air pasang.
Banjir pasang juga telah melanda ribuan rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sejak minggu lalu, dengan air banjir mencapai kedalaman sekitar 20-40 cm.
Setidaknya 5.400 keluarga di sembilan kecamatan terkena dampak, termasuk di kecamatan Tirtajaya, Cibuaya, Cipedes, Cilebar, Tempuran, Pakis Jaya dan Batujaya.
Menurut Badan Mitigasi Bencana Karawang (BPBD), banjir pasang surut membanjiri dua sekolah, tiga masjid, dan sekitar 1.000 hektar kolam ikan pesisir di kabupaten.
Banjir juga menyebabkan penduduk di daerah tersebut, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan atau mengelola peternakan ikan pesisir, kehilangan sumber pendapatan mereka.
Sementara itu, hujan lebat memicu banjir bandang yang berdampak pada beberapa desa di kabupaten Tano Tombangan Angkola dan Batang Angkola di kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada hari Rabu (18/12).
Air banjir yang membawa batang kayu besar, pasir, lumpur, dan batu dari Sungai Aek Mardua menghantam ratusan rumah di kabupaten sekitar pukul 2 siang, melukai 10 orang dan memaksa 350 lainnya meninggalkan rumah mereka.
Banjir meninggalkan lumpur setebal 50 cm di beberapa daerah dan mematikan listrik ke kecamatan yang terkena dampak.
Setidaknya empat rumah tersapu oleh banjir bandang. Bencana itu juga merusak sebuah gereja, dua masjid dan sekitar 200 tempat tinggal.
Sehari sebelumnya, hujan lebat menyebabkan banjir dan tanah longsor di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menewaskan satu orang dan melukai yang lain.
BMKG telah memperingatkan bahwa sebagian besar wilayah negara memasuki musim hujan dan memperkirakan peningkatan intensitas curah hujan sebesar 20 persen karena La Niña yang lemah, yang biasanya membawa musim hujan yang lebih basah dengan curah hujan yang lebih deras ke negara tersebut.
Musim hujan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir Desember untuk sebagian besar wilayah Sumatera dan selatan Jawa, sementara puncaknya kemungkinan akan tiba pada bulan Januari ke wilayah Jawa tengah dan utara. (die)