Malang | Jabar Pos – Sekitar dua tahun yang lalu dengan serangkaian video viral di media sosial.
Video yang pertama kali memperlihatkan orang-orang pada tren tersebut, dengan menunjukkan setumpuk pengeras suara yang diangkut di belakang truk lalu memutarkan musik keras yang benar-benar mengguncang dinding, serta dapat merobohkan atap rumah warga dan menusuk gendang telinga seseorang.
Video viral lainnya menunjukkan operator sistem suara besar ini menurunkan rambu-rambu jalan, pagar di jembatan dan pagar rumah hanya untuk memberi jalan bagi truk yang membawa beban besar mereka.
Dan setelah bertahun-tahun diterima, namun hanya sebagai sensasi lokal dan hanya terjadi di beberapa daerah bagian Jawa Timur.
Kegilaan pada sound ‘horeg’ mulai masuk ke ibu kota Jakarta pada 20 Oktober 2024 lalu, ketika beberapa nama besar dalam bisnis ini; seperti Raden Wijaya Audio, Brewog Audio dan Bintang Perkasa Audio, diundang untuk mengguncang pesta untuk pelantikan Presiden Prabowo Subianto.
Selain meningkatkan suasana dalam pelantikan presiden, ‘Horeg’ telah lama menjadi bagian dari pernikahan, pesta jalanan, dan pertemuan keagamaan di mana hiburan ini disajikan dengan musik yang keras dan pengeras suara besar.
Pengaturan pada ‘Horeg’ menyerupai mobil Doof Warrior dari Mad Max: Fury Road, yang menampilkan lapisan speaker yang ditumpuk tinggi untuk tampilan yang mengesankan dan kuat.
Tujuan utamanya dari ‘Horeg’ hanyalah untuk membawa kegembiraan kepada orang-orang.
Meskipun ada laporan, bahwa sistem suara horeg dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan properti, warga lokal di daerah-daerah di mana tren ini dimulai jarang menyuarakan keluhan.
Seorang pemilik bisnis yang menjalankan sistem suara horeg di Malang, Jawa Timur, Lian Richo Nuriansyah mengatakan bahwa budaya horeg memiliki akar yang dalam di Jawa Timur, secara tradisional dan berkembang dengan adegan karnaval yang semarak di wilayah tersebut.
“Pada awal tahun 2000-an, sistem suara mencakup dua kotak speaker atau empat subwoofer. Sekarang telah meningkat menjadi 10 atau 12,” kata Richo.
Richo mengatakan bahwa pihaknya selalu memastikan untuk mendapatkan berbagai izin sebelum menggelar acara horeg, yang paling menonjol adalah izin polisi.
Jika ada rumah atau properti yang rusak selama acara berlangsung, vendor atau penyelenggara acara akan menanggung biaya renovasi.
“Penyelenggara acara telah menyisihkan dana untuk renovasi rumah, karena setiap desa bangga menjadi tuan rumah pertunjukan horeg mereka sendiri, sering bersaing dengan desa-desa tetangga untuk mendapatkan suara paling keras,” kata Lian.
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas horeg telah diminati oleh para politisi dengan semakin banyak pertunjukan horeg yang dipentaskan untuk menarik pemilih muda
“Selama kampanye politik regional saat ini, kami telah menerima banyak panggilan dari berbagai politisi yang ingin melibatkan sejumlah besar pemilih muda,” kata Muzahidin pemilik Brewog Studio. (die)